Indonesia Tanpa Fadli dan Fahri

Berharap google tak menyimpan gambar-gambar yang membosankan ini, agar hidup ini lebih indah
Tanpa pikir panjang, posting ini untuk mewakili kebosananku membaca media yang sibuk memberitakan dua orang ini, dan ditambah lagi orang dari luar negeri si T.. aku tak mau mengetikkan lanjutan namanya, karena dia seorang yang ingin maju di pencalonan presiden USA, dikira nanti jadi bagian dari kampanye si T.. itu, huhh..!

Dua orang dengan nama di huruf pertama "F" ini, sangat menjemukan komentar-komentarnya, dan tak perlu kucontohkan disini, karena sudah bertebaran di media manapun. Dan kalaupun kucontohkan di posting ini, aku khawatir akan berdampak negatif pada pembaca blog yang sangat kusayangi ini.

Komentar-komentar mereka berdua, si Tuan F sangat tidak mencerminkan seorang yang bijaksana, malahan mirip provokator yang menyulut kekeruhan permasalahan. Entah ini memang peran mereka, yang harus dilakukan karena mereka mewakili kelompoknya, atau jangan-jangan memang karakter mereka seperti itu.

Karena berprasangka buruk kepada orang lain itu tak baik, maka aku tak perlu lagi meneruskan persangkaanku ini, karena aku perlu bukti yang otentik, semisal mewawancarai langsung dua orang ini untuk mendapatkan keterangan yang objektif tanpa prasangka.
Meme selfi Fadli dan Trump
Pertanyaan pertama jika tak sengaja ketemu mereka berdua, "Kenapa bapak selalu saja membuat masyarakat, khususnya saya terus merasa jemu dengan pernyataan-pernyataan yang sering Bapak lontarkan ke media?,".

Pertanyaan kedua, jika benar Bapak merasa tidak menjadi orang membosankan, kenapa media mau memberitakan semua komentar Bapak?.

Pertanyaan ketiga, apakah Bapak benar-benar orang penting?, dan kenapa saya merasa apa yang bapak komentarkan di media, selalu saja tidak ada yang penting, hanya sekedar pancingan panas suasana keruh, membosan, dan semua kata yang membuat kita lelah, capek, dan letih.

Dan dilanjutkan ke bebarapa pertanyaan lainnya, jika apa yang mereka jawab belum dirasa cukup untuk mewakili pendapatnya.

Sekarang ini, berita dapat dibuat oleh siapa saja, asalkan punya skill membaca, dan sedikit ketrampilan mengetik, sudah dapat menerbitkan berita, paling minim ya buat status di Fb, kemudian disebar-sebar kemana-mana.

Perkembangan digital, khususnya internet semakin membuat jari-jari orang sibuk, sibuk untuk membagikan apa yang mereka pikir penting, padahal yang ingin dibagikan, ataupun sipembuat artikel/berita hanya ingin apa yang ditulis menjadi topik pembicaraan orang. Namun tak peduli dengan tambahan ilmu apa yang dapat diberikan kepada pembaca media sekarang ini.

Sungguh, mengkhawatirkan jika peran media untuk mencerdaskan bangsa dan kemajuan berpikir di Indonesia semakin dilemahkan dengan ketrampilan berpikir generasi mudanya.

Novanto dan Trump, sama-sama punya mau, wajar jika muka mereka nampak selalu tersenyum seolah udah deal apa yang menjadi persoalan dan apa yang telah dikerjasamakan