Penggunaan Kata ‘Kontestasi’ Yang Ngawur dan Menjijikkan..!!



Berhati-hatilah menggunakan kata ‘kontestasi’, dan jangan asal menggunakan sebelum mengkoreksi kebenaran. Dan jangan pula ikut-ikutan latah mengikuti gaya media pada saat maraknya pemberitaan tentang Pemilu maupun Pilkada.

Media pemberitaan bertopik politik, seringkali menggunakan kata ‘kontestasi’ yang ngawur dan menjijikan. Kenapa ngawur dan menjijikan? Berikut penjelasan lengkapnya.

Secara sepintas istilah “kontestasi” ini nampak sahih sebagai pengindonesiaan dari kata Inggris contestation. Bukankah kita juga sudah menyerap kata contestant menjadi “kontestan” yang maknanya menurut KBBI “peserta kontes (perlombaan, pemilihan dsb). Namun justru di sinilah letak blunder kita mengaplikasikan istilah “kontestasi”.

Contestation” dalam kamus dijelaskan sebagai noun dari kata kerja to contest dan maknanya adalah “bertikai, berpolemik, berdebat” (to dispute), misalnya pada frasa to contest the will (bertikai secara hukum mengenai hak waris). Jadi “kontestasi” bukan menyiratkan “persaingan/pertarungan antara kontestan pemilu” sebagai yang kita sangkakan, melainkan “perseteruan, sengketa atau pertikaian”.

Pada salah satu referensi definisi dari contestation diberikan sinonim (persamaan kata) antara lain disagreement, controversy, debate, dispute, dissension. Kita bisa melihat di sini, bahwa “kontestasi” sama sekali tak ada kaitannya dengan kontes dari kandidat presiden atau anggota legislatif.

Kiranya penyebutan yang keliru ini bisa dihindarkan, mumpung belum telanjur lebih parah. Lebih tepat menggunakan istilah bahasa Indonesia “perlombaan”. Dalam bahasa Inggris pun dipakai istilah presidential race (race = perlombaan). Tentu jauh lebih cerdas, ketimbang menggunakan istilah “kontestasi” yang nampak canggih, namun sebenarnya ngawur.

Kata ‘kontestasi’ terdengar menjijikkan jika tak tepat penggunaan. Apalagi jika diucapkan oleh orang yang terpelajar akan sangat memalukan, bisa jadi orang yang mengetahui penggunaan kata ini menamai anda sebagai pengikut aliran ‘Vickynisasi’. Sungguh sangat memalukan bukan?