Traveling Ke Pulau Rupat: "Bersama Raja Daratan"

"Raja Daratan, kini telah mampu menyebarangi sungai, dan akhirnya dia bersahabat dengan lautan, jadilah dia Raja Daratan dan Lautan"

Traveling - Ada yang aneh di perjalananku kali ini, karena harus melawati sungai menuju ke Pulau Rupat, Desa Batu Panjang, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis dan ditemani oleh Seorang Raja Daratan. "Raja Daratan" adalah gelar yang sengaja dia buat, karena selama ini aktifitasnya lebih banyak didaratan daripada dilautan.

Kubilang sama dia, "kamu itu bukannya Raja Daratan, tapi Raja Jalanan", kataku.
"hahaha.. " dia ketawa kunamai Raja Jalanan, "Yang betul, Raja Daratan, Mas.." Jawabnya.
"Terserah kamu ajalah, yang penting hari ini kamu ikut aku menyeberang sungai ke Pulau Rupat" kataku, sambil mengikuti alur pikirnya yang mau dijuluki Raja Daratan.

Mobil Travel membawa kami ke Kota Dumai
Minggu Pagi, 14 Juni 2015, Kami berangkat dari Pekanbaru menuju Pulau Rupat. Mobil Travel membawa kami ke Kota Dumai. Dan Gambar disamping, mobil travel yang kami tumpangi.

Perjalanan dari Kota Pekanbaru ke Kota Dumai, memakan waktu sekitar 6 Jam. Sebenarnya, jika jalanan tak macet, perjalanan hanya sekitar 4,5 jam saja. Karena sedang ada perbaikan jalan, otomatis perjalanan agak lama. Tapi tak masalah, karena sepanjang perjalanan, kusempatkan untuk mendokumentasikan kemacetan, dan berupaya untuk mengenali nama jalan sepanjang perjalanan ke Kota Pekanbaru.

Raja Daratan, Kehilangan Pegangan

Memperhatikan dia Si Raja Daratan, membuatku keheranan. Dia yang biasanya penuh semangat dijalan, kini hanya bisa duduk termangu memandang jalan penuh lalu lalang lalu lintas disepanjang jalan.

Hilang sudah kegarangannya mengarungi daratan, karena hari ini dia hanya jadi penonton, dan tak berbuat apa-apa selain menunggu sampai ke Kota Dumai. Melihat gayanya yang mirip kelinci, yang sedang takut dihadang pemburu yang ingin menangkapnya, akupun jadi miris. Kenapa bisa seperti ini, Si Raja Daratan. Apa karena ku ajak melawati teluk ke Pulau Rupat?, tanyaku dalam hati. Atau mungkin dia kehilangan kendali, yang sudah terbiasa merajai sepanjang perjalanan namun kini hanya termangu, menunggu tanpa melakukan sesuatu.

Titik kemacetan, perjalanan menuju Kota Dumai

Uh.. capek.. dibuatnya, menyusuri jalan macet. Ditambah lagi ada pemandangan tak menarik. Sepanjang jalan macet, ada anak remaja, hingga para orangtua pada sibuk meminta uang dari pemakai jalan. Dan ini tidak biasa, karena yang meminta uang merata. Tanpa ampun, jarak 100 meter sudah ada anak-anak hingga orang dewasa membawa tempat untuk mengganti jasanya karena telah menunjukkan jalur alternatif untuk menghindari kemacetan.

Sempat juga supir travel perang mulut dengan preman jalanan, karena tidak memberikan uang sebagai tanda terima kasih karena telah menolong menunjukkan jalan. Memang, inilah wajah negeriku, yang mau saja dihargai murah untuk pekerjaan yang memang harganya murah. Coba mereka didik dengan baik, tak mungkin satu desa mau mengerjakan pekerjaan yang sifatnya amal, tapi mengharapkan imbalan yang dipatok pula hargannya. minimal Rp2 ribu, dan ada pula yang iseng menetapkan tarif, untuk mobil Rp20 ribu, dan mereka sibuk bergerombol seperti orang tak sibuk yang mau punya uang banyak.

Menyeberang ke Pulau Rupat bersama Raja Daratan (kanan)
Waktu berlalu, sampailah kami di Kota Dumai, sekitar pukul 17.30 WIB. Kami menginap di hotel Comfort, untuk istirahat semalam, dan perjalanan akan dilanjutkan keesokan harinya, Senin pagi, 15 Juni 2015. Dan gambar diatas, waktu kami akan bersiap mengarungi selat menuju pulau Rupat bersama Raja Jalanan yang kini sedang belajar untuk mengalahkan ketakutan menyeberang selat melewati perairan sekitar 30 menit perjalanan air.

Akhirnya, dengan sangat berat hati aku harus mengakhiri cerita ini, karena Si Raja Daratan tidak mau cerita ini diekspos ke seluruh penjuru dunia. Dia tak mau dunia luar mengetahui kisah ini. Biarlah kami yang mengenangnya. Si Raja Daratan, kini tak lagi takut untuk melewati perairan, dan kini sepertinya sudah bersahabat dengan Pulau Rupat. Semoga kami kembali lagi untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Pulau Rupat Utara, disana ada Pantai dengan pasir putih.

Kami tak sempat ke Rupat Utara, karena APBN hanya menyediakan perjalanan selama 3 hari, dan untuk ke Pulau Rupat Utara waktu tak cukup. kemudian kami kembali ke Kota Pekanbaru, dan itu saja ceritanya. (baca juga cerita ini: Lebih Dekat Dengan Penyair Asal Bengkalis) masih berkaitan dengan Pulau Rupat, karena pulau ini masuk wilayah Kabupaten Bengkalis. Selamat menyimak ceritaku. dan terima kasih telah luangkan waktu untuk menelusuri cerita perjalanan singkatku ini.

Setibanya aku di Pulau Rupat
Dan dibawah ini, ada video untuk merasakan perjalanku melewati selat dari Pulau Rupat ke Kota Dumai. Selamat menyaksikan.