Iklan Munculan Menyebalkan di Media On Line

Maraknya pemberitaan on line, membuat para netizen beramai-ramai membuat media online khusunya pemberitaan. Hal ini ditandai dengan jumlah media pemberitaan online yang makin meningkat dari sisi jumlah, tapi dari sisi kualitas masih diragukan.

Screenshot detiknews.com
Media pemberitaan semisal detik.com, salah satu media pemberitaan online dengan jutaan pembaca setiap hari, bahkan ketika ku survei kecil-kecilan melihat kebiasaan orang membaca berita via media online menggunakan perangkat telepon pintar, mereka yang haus akan peristiwa terkini langsung menyasak masuk ke detiknews.

Sebagai konsumen pemberitaan, aku merasa detiknews sudah berlebihan dalam menayangkan iklan munculan di laman beritanya. Iya benar, mereka didukung dengan iklan-iklan, tapi sebagai pembaca, aku merasa sesak dibuatnya, dan menyebalkan ketika sedang fokus membaca berita, tiba-tiba keluar iklan munculan. kadang iklan munculan meminta dengan paksa untuk diklik, ataupun ditonton sebentar, dan aku disibukkan untuk mematikan iklan munculan.

Ini penampakan iklan munculan detiknews.com hari ini, screenshot kuambil siang ini, Rabu, 7 Oktober 2015, sekitar pukul 10.30 WIB waktu windows time di laptopku.

Alasan kenapa aku menyoroti detiknews, karena media pemberitaan online marak mengikuti gaya pemberitaan detik.com, dan anehnya banyak juga yang mengcopy paste berita dari detik, ada juga yang menampilkan iklan munculan yang berlebihan. Kupikir, ini mau baca berita apa nonton iklan? 

Coba kalian perhatikan di daerah dimana kamu tinggal, pasti sudah ada media online lokal yang bergaya ala pemberitaan detik.com. Bukan saja dari segi pemberitaan, namun cara menyajikan iklan munculan mengekor gaya detik.com.

Screenshot kompas
Tak terkecuali media pemberitaan online kompas.com, hampir mirip juga gaya dan cara menayangkan iklan. Kompas sebagai media pendahulu, tentu perlu membuat perubahan dalam menayangkan iklan munculan, karena pembaca butuh berita, bukan dialih-alihkan untuk menonton iklan. Boleh beriklan, tapi jangan lupa pembaca butuh berita, iklan sekedarnya saja.

Kompas.com menjejali iklan disetiap halaman, dari atas, bawah, kiri, kanan, bahkan kadang tiba-tiba muncul ditengah dalam bentuk video iklan munculan, dan minta ditonton lagi, kesannya memaksa, karena tidak bisa dihentikan.

Baru saja, beberapa menit yang lalu, sekitar pukul 11.00 WIB waktu windows time, ada pesan dari browser dilaptopku, halaman kompas.com mengandung malware, dan ini kubuktikan dengan mengcapture gambar pesan brower. Perhatikan gambar dibawah ini.

Aku berkeyakinan, media online dengan serbuan iklan munculan akan segera ditinggalkan oleh pembaca berita, dan membuat pembaca berita lebih suka dengan pemberitaan yang dibuat oleh warga melalui blognya.

Meski sekarang banyak juga blogger dengan niche berita dengan gaya detik dan kompas, orang yang benar-benar butuh berita akan lebih selektif dalam memilih media apa yang akan dibacanya.

Dan harapan terakhir jatuh pada blogger profesional yang benar-benar serius membuat pemberitaan lengkap, daripada sekedar baca berita dengan empat paragraf penggoda. Pernah juga aku membaca blog milik master blogger yang dulunya pernah bekerja di sebuah media, dan lebih memilih menjadi blogger profesional dengan kualitas konten yang sudah tidak diragukan lagi.

Silahkan kroscek dan browsing, sekarang para jurnalis akan beramai-ramai menjadi blogger karena media-media yang sudah besar semakin tidak berkualitas karena tidak fokus memberikan informasi yang relevan malah fokus pada pemasukan saja. Simak juga pengalaman Budi Putra, dia memilih jadi blogger dan menyatakan telah selesai misinya bekerja untuk perusahaan yahoo.