My Wife: Belikan Martabak Rasa Keju Durian

"Bau durian yang menyengat, hidungku tak menyukai. Untuk membuktikan betapa aku sangat menyayangi istriku, dengan kekuatan penuh, kubulatkan tekadku untuk membelikan Martabak rasa keju durian."

Short Story - Entah.. mimpi apa aku semalam, harus menciumi bau durian. Istriku tahu, kalau aku tidak suka aroma menyengat durian. Tapi kenapa dia memintaku untuk membelikan martabak rasa durian keju?

Dari balik pintu ruang kerjaku dirumah, istriku minta dibelikan Martabak rasa keju durian. "Mas, bisa minta tolong belikan Martabak rasa Keju Durian?', dia meminta dengan suara yang lirih memelas, tidak ada unsur paksaan. Kedengarannya menarik, suara yang keluar dari bibirnya. 

Sumber Foto: PecintaDurian.blogspot.com
"Ya, tunggu sebentar" ku iyakan permintaanya. dia tahu, kalau kepalaku akan pusing jika sempat tercium bau durian. 

Lalu dia mengulang permintaanya, "Jangan lupa ya Mas, rasa Keju Durian" dengan senyuman manisnya, dia mengingatkanku agar tidak lupa pesanan yang diminta.

Bergegas aku pergi ke tempat orang jual Martabak. Di simpang empat Jalan Thamrin Pekanbaru, disana tempat jual Martabak kesukaan istriku.

Aku balik menemui istriku, untuk menegaskan apakah benar dia minta dibelikan Martabak rasa durian. Aku tidak percaya, apakah ini nyata, atau mimpi, membayangkan aroma Durian, seolah akan bertemu dengan malaikat pencabut nyawa. "Rasa Keju Durian, kan?" tanyaku lagi.

"Iya, Keju Durian" jawabnya, masih dengan suara lirih, seolah sangat berharap aku mau membelikan Martabak rasa Keju Durian.

"Belinya di tempat biasa, ya?" dia mengingatkanku lagi, meskipun aku tahu persis tempat beli Martabak kesukaannya.

"Ya, ditempat biasa kan, disimpang empat" jawabku, dan akupun segera mengambil motorku yang kuparkir disamping rumah.

Diperjalanan menuju penjual tempat orang jual Martabak, terbayang aroma menyengat Durian. Sampai ditujuan, kuatur nafasku agar tak tercium bau menyengat Durian. Kubilang sama penjual Martabak, "Bu, rasa Keju Durian satu?" kupesan satu martabak.

"Rasa Keju Durian, ya?" penjual martabak memastikan pesananku.

"Iya, Keju Durian" jawabku. 

Akupun menunggu lebih kurang 15 menit. Kuperhatikan proses pembuatan Martabak, dari membuat adonan hingga memarut keju dan mencampurkan durian ke adonan. Dan aroma semerbak Durian sampai juga tepat dihidungku, kutahan nafas agar tak sampai terserap merasuk di pernafasanku. 

Kepalaku mulai pusing mencium aroma kuat durian, kualihkan pandanganku perhatikan lalu-lalang jalan. Kualihkan fokus perhatianku, tak lagi pada aroma Durian, tapi memperhatikan orang sibuk tak jelas apa yang mau didapatkan. Ada orang remaja ugal-ugalan dengan sepeda motor, ada mobil yang tak mau mengalah ingin menguasai jalan, ada pemakai jalan yang tak mau dihentikan oleh lampu lalu lintas, dan banyak orang-orang gila dijalan yang merasa paling layak menguasai jalan.

Selang sebentar, kuperhatikan penjual Martabak sudah siap mengemas, martabak dengan bentuk bundar, sudah diiris-iris menjadi beberapa bagian, dan dikemas dalam wadah kardus ukuran snack. Tanpa banyak komentar, kuberikan uang Rp50 ribu, dan si Penjualpun tidak banyak bicara, diterimanya uangku, dan diberikan kembaliannya.

Cepat-cepat aku membawa Martabak rasa Keju Durian ke rumah, aromanya sudah mulai membuatku pusing kepala, diperjalanan kupacu motorku dengan kecepatan yang agak lumayan, karena jalan penuh dengan polisi tidur, mau ngebut, terhalang polisi tidur.

"Yes.." kataku dalam hati, sampai juga dirumah, dan kuletakkan Martabak rasa Keju Durian di meja makan. Kubilang sama istriku, "Martabak ada di Meja makan" kataku.

"Ya, terima kasih ya?" dia tersenyum, pesanannya akhirnya sampai juga dirumah. Dan akupun kembali ke ruang kerjaku untuk menyelesaikan cerita pendek ini. 

Aku merasa sukses telah mampu melawan aroma Durian. Istrikupun senang, karena aku telah mampu melawan apa yang tidak aku sukai, dan diapun sekarang makin sayang dengan pekerjaan kecilku ini, membelikan Martabak Rasa Keju Durian, musuh terberatku selama ini.