Selamat Pagi Kabut Asap

Cek bensin motor, masih 1 liter, perkiraan untuk 2 hari, perjalanan bolak-balik 3 KM dari rumah ke kantor.
Selamat pagi, kabut asap...

Setiap pagi kamu menyapaku, tapi sebelum posting ini aku tak pernah menyapamu. Mungkin kamu marah, karena tak pernah disapa sama semua orang di Pekanbaru, dan lalu kamu memutuskan untuk mengasapi Kota Pekanbaru.

Mulai hari ini, Selasa, 15 September 2015, aku akan menyapamu setiap pagi, agar hubungan kita baik kembali. Sudah hampir satu bulan kamu marah sama aku dan masyarakat kota Pekanbaru, aku jadi bertanya-tanya, apa sebenarnya salahku? apa kamu mau aku terus diselimuti kepengapan dengan kemarahanmu?

Baiklah, semoga kamu cepat baikan sama aku dan warga Kota Pekanbaru, kasihan anak-anak sekolah, dan bayi-bayi yang tak tahan dengan kondisimu yang semakin tidak bersahabat. Aku paham, kamu ingin berhenti marah, dan biarlah mulai dari aku yang akan menyapamu di setiap pagiku sebelum berangkat ke kantor.

halaman rumah mertua, dilihat dari hasil jepretan camera handphone, tapi ini tidak seperti yang terlihat, karena pagi itu kabut asap begitu pekat.
 Sebelum berangkat ke kantor, kudoakan kamu cepat merasa baik kembali, dan tak lagi mengasapi kota Pekanbaru. Cepat baik ya, aku berangkat dulu ke kantor, mau berjihad menafkahi anak istri sesuai perintah Tuhanku, Allah SWT.

Kondisi udara di sore hari, masih diselimuti kabut asap, dan makin pekat
Sore, aku tunggu kabarmu, dan tak lupa aku menyapamu. Perjalananku ke mushola untuk shalat Ashar di Mushola Al Jamiah, kamu bersedia menemaniku, dan ku sapa kamu di sore itu. Kamu masih marah, dan terus memenuhi hari-hariku.